BAB II
ISI
Pengertian syukur
Kata syukur menurut kamus bahasa arab bersal dari masdhar
syakara, yaskuru, syukuuron yang artinya “berterima kasih” yang dimaksud
adalah rasa berterimakasih kepada Allah Swt atas segala nikmat yang tak lain
segala sumber nikmat tersebut berasal dari-Nya.
Syukur merupakan pengakuan hati sebagai ungkapan terima
kasih terhadap suatu ganjaran, dan nikmat yang diperoleh seseorang yang tak lain nikmat tersebut
adalah pemberian dari Allah Swt kepadanya. Syukur bukan hanya nikmat saja, melainkan juga
bersyukur atas terbebasnya dari suatu
bencana ataupun ujian dan cobaan.
Dari tinjauan agama, syukur adalah Nampaknya pengaruh
nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas seorang hamba melalui lisannya dengan
cara memuji dan mengakuinya; melalui hati dengan cara meyakininya dan cinta;
serta melalui anggota badan dengan penuh ketundukan dan ketaatan. (Madarijus
Salikin, 2/244)
Orang
yang bersyukur akan merasa cukup dan bahagia karena segala sesuatu yang
terdapat dalam dirinya ia pasti di syukuri. Dan ia akan merasa nyaman tidak iri
hati apalagi sampai kufur nikmat. Sebaliknya orang yang kufur akan merasa gelisah
hatinya , merasa serba kurang walaupun hartanya banyak bahkan ia akan akan di
siksa oleh Allah dengan siksaan yang pedih.karena orang yang bersyukur akan ditambahkan nikmatnya
serta orang yang kufur akan ditambahkan siksanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 7.
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
“
dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS.
Ibrahim: 7).
Syukur merupakan bukti keseriusan
seorang hamba dalam mengabdi dan tunduk kepada Rabbnya. Allah Swt berfirman
dalam syrat Al baqarah ayat 172.
وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan bersyukurlah kepada Allah jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.”( al-Baqarah ; 172).
Dalam web http://pamwates.blogspot.com/2010/07/syarah-ayat-hadis-sabar-dan-syukur.html menyatakan bahwa Allah menciptakan pendengaran, penglihatan, dan hati adalah untuk kita
syukuri. Allah ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan kalian
tidak mengetahui apa-apa, dan Allah menciptakan untuk kalian pendengaran, penglihatan,dan
hati mudah-mudahan kalian bersyukur (kepada-Nya).” (QS. an-Nahl : 78).
Dalam web http://pamwates.blogspot.com/2010/07/syarah-ayat-hadis-sabar-dan-syukur.html Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
حَدَّثَنَا هَدَّابُ بْنُ خَالِدٍ الْأَزْدِيُّ وَشَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ
جَمِيعًا عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ الْمُغِيرَةِ وَاللَّفْظُ لِشَيْبَانَ حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ
صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ
إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Haddab bin Khalid al-Azdi dan Syaiban bin Farrukh
menuturkan kepada kami, semuanya dari jalan Sulaiman bin al-Mughirah, sedangkan
lafaznya adalah milik Syaiban. Mereka berkata:
Sulaiman menuturkan kepada kami. Dia berkata: Tsabit menuturkan kepada kami dari
Abdurrahman bin Abi Laila dari Shuhaib radhiyallahu’anhu, dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh mengagumkan urusan
seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak
akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan,
maka dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia
tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan
baginya.” (HR. Muslim dalam kitab az-Zuhd wa ar-Raqa’iq).
Hadist di atas menjelaskan salah satu ciri seorang
mukmin. Apabila ia mendapatkan kebahagiaan, nikmat dan karunia maka ia selalu
bersykur kepada Allah Swt, karena ia telah menyadari dalam hatinya bahwa semua
itu adalah pemberian dari-Nya. Kemudian apabila ia mendapatkan musibah ataupun
kesusahan maka ia senantiasa bersabar karena ia telah meyakini dalam hatinya
bahwa ini adalah cobaan dan ujian yang datang dari Allah Swt untuk menguji
keimananan dan ketaqwaannya yang nantinya akan menaikan derajatnya dihadapan
allah Swt.
B. Pentingnya Memilki Rasa Syukur Kepada Allah Swt
Sebagai hamba Allah
yang sempurna, manusia wajib bersyukur kepada-Nya karena Dia telah memberikan
nikmat dan berbagai kebutuhan manusia tanpa batas serta ia tidak dapat
menghitungnya nikmat tersebut. Dalam http://www.alsofwah.or.id firman Allah dalam
Al-qur’an surat Ibrahim ayat 34 yang berbunyi:
وَآتَاكُم
مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا
"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala
sesuatu yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya." (Ibrahim: 34).
Zuhdi Amin, Lc.
Mengatakan yang tersedia Dalam http://www.alsofwah.or.id
bahwa Syaikh as-Sa'di Rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya,
"Maksudnya, Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada kalian segala
sesuatu yang menjadi angan-angan dan kebutuhan kalian, berupa berbagai macam
kenikmatan yang kalian mohonkan padaNya, baik dengan li-sanul hal maupun dengan lisanul maqal."
Jika kita menyadarinya bahwa tak dipungkiri
lagi bahwa segala nikmat adalah semuanya pemberian dari Allaha Swt, anggota
tubuh kita dari rambut hingga ujung kaki semuanya adalah karunia dan nikmat
Allah. Oksigen yang kita hirup tiap hari secara gratis tanpa sadari itu adalah pemberian dari Allah Swt, semua kebutuhan yang terpenuhi
hakikatnya dari Allah namun syariatnya adalah dengan berikhtiar. Maka tak dapat
dipungkiri lagi bahwa kita patut
bersyukur. Dalam http://www.alsofwah.or.id, firman Allah Swt
dalam surat An-Nahl ayat 53 yang berbunyi:
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ
اللّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
"Dan apa
saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah (da-tangnya)." (An-Nahl: 53).
Maka sudah
jelas ayat diatas menjelaskan bahwa sebagai kita sebagai hamba Allah Swt yang
lemah wajib untuk bersyukur baik secara fi’liyah, secara lisaniyah maupun
dengan qolbiyah. Bersyukur secara fi’liyah Bersyukur secara filiyah yaitu
bersyukur dengaan cara segala prilaku dan perbuatan menunjukan sikap bersyukur
kepada Allah. Bersyukur secara lisaniyah yaitu semua ucapannya menunjukan rasa
syukur kepada Allah, semua kata rasa syukur kepada Allah, semua kata dan
ucapannya tidak luput menyebutkan pumenyebutkan
asma Allah Swt dan pujian-pujian kepada-Nya. Bersyukur dengan qolbiyah
yaitu mengikrarkan dan menetapkan dalam ersyukur dengan qolbiyah yaitu
mengikrarkan dan menetapkan serta meyakini dalam hati bahwa segala nikmat
berasal dari Allah. Bersyukur dengan qolbiyah inilah merupakan puncak rasa
syukur seseorang yang beriman, karena semua perbuatan maupun lisannya terwujud
untuk ya terwujud untuk mewujudkan dalam hatinya untuk selalu bersyukur kepada
Allah Swt.
Sebagai
makhluknya sudah jelas manusia wajib bersyukur kepada Allah. Segala yang di
dapatkan oleh kita sebagai manusia adalah bermuara dari Allah Swt. manusia
adalah makhluk yang lemah dan tidak dapat berbuat apa-apa, sebab kita tinggal
dan beridiri di bumi milik Allah ini tak dapat berbuat apa-apa melainkan hanya
menumpang dan hidup atas kehendak-Nya. Akankah kita kita menyombongkan diri
dengn berkata bahwa segala yang dimiliki adalah hasil jerih payah dan usaha
sendiri? Padahal itu semua adalah syari’atnya atau jalannya sementara
hakikatnya adalah kehendak-Nya. meski kita syukuri, kita bersyukur kepada Allah tidak dapat setara dan membalas semua nikmat
yang telah diberikan oleh-Nya, bahkan kita dapat bersyukur pula adalah dari
ridha dan kehendak-Nya. Dalam mushaf Al qur’an dan terjemahan yang disusun oleh
Departemen Agama RI, Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 172.
يايهاالذين
امنوا كلوا من طيبت ما رزقنكم وَاشْكُرُواْ لِلّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ
تَعْبُدُونَ
"hai
orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezki yang baik-bak yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah." (Al-Baqarah: 172).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman
untuk memakan makanan yang halal baik lagi menyehatkan bagi tubuh dan larangan
memakan makanan yang haram, kotor lagi merusak bagi tubuh serta diperintahkan
untuk bersyukur atas nikmat-Nya jika mereka adalah seorang hamba dan mukmin
yang hanya kepada Allah Swt lah mereka beribadah.
Kemudian daripada itu bagaimana cara untuk mensyukuri
nikmat tersebut? Apakah hanya sekedar mengucapkan kalimat “ alhamdulillah”?.
Dari atas telah di cuplikan bahwa dengan tidak hanya lisan, tetapi bahkan
anggota badan dan hati semuanya digunakan untuk bersyukur. Bersyukur dengan hati
yaitu dengan meyakini bahwa nikmat semua berasal dari Allah Swt, dengan lisan
yaitu senantiasa mebasahi lidah dengan dikrullah. Bersyukur dengan
anggota badan, maka yaitu dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat ini untuk
senantiasa melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya yakni yakni kita
pergunakan untuk beribadah kepada-Nya yang inti dari kita diciptakan. Hal ini
tertera dalam firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat addariyat ayat 56.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembahKu." (Adz-Dzariyat:
56).
Ayat ini menjelaskan bahwa inti diciptakan-Nya makhluk
semuanya untuk beribadah kepada Allah, begitupun manusia diciptakan semata-mata
untuk beribadah. Segala aktivitas ritual maupun mu’amalah semata-mata diniatkan
karena untuk ibadah kepada Allah Swt, karena hanya Dialah satu-satunya yang
wajib disembah dan tiada sekutu bagi-Nya.
Pengertian kufur nikmat
Menurut kamus lengkap bahasa arab Al-Azhar yang disusun
S. Askar, kufur berasal dari kata kafara, yakfuru, kufrun yang artinya
“menutupi”. Secara makna berarti menutupi atau mengingkari sesuatu hal. Dalam
hal ini sudah jelas bahwa yang dimaksud kufur nikmat ialah mengingkari bahwa
semua nikmat itu berasal dari Allah Swt.
Dijelaskan bahwa fungsi dari mensyukuri nikmat ialah
indikator dari keimanan dan keesaan Terhadap allah, maka sebaliknya jika kufur
terhadap nikmat-Nya berarti mempersekutukan terhadap-Nya. sedangkan orang yang
mempersekutukan Allah akan sia-sialah amal yang telah dilakukan-Nya dan
tergolong kepada orang-orangyang merugi. sebagaimana Allah berfirman dalam
Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 65-66.
قل افغيرالله تأمروني اعبد ايهاالجاهلون. ولقد اوحي اليك والى الذين من قبلك لئن اشركت ليحبطن عملك ولتكونن من الخسرين
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena
itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk
orang-orang yang bersyukur”.( QS. Az-Zumar: 65-66).
Ayat tentang
pernyatan iblis dalam menentang untuk bersujud kepada nabi adam As juga adalah
pentingnya untuk bersyukur dan larangan untuk kufur nikmat. Firman Allah Swt
dalam surat Al-Araf ayat 17 sebagai berikut.
ثم لاتينهم من بين ايديهم ومن خلفهم وعن ايمانهم وعن شمائلهم ولاتجد اكثرهم
شاكرين
Kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur (
taat). (QS. Al-A’raf: 17).
Ayat diatas
menjelaskan pernyataan iblis kepada Allah Swt bahwa ia akan berusaha dan terus
menyesatkan manusia yang pada intinya supaya manusia tidak mensyukuri
nikmat-Nya.
Manusia
diberikan oleh Allah berbagai kenikmatan didunia ini dan cara pemanfaatannya,
dan ini merupakan ujian yang diberikan kepada mereka untuk bersyukur
kepada-Nya. sebagai balasannya mereka harus taat kepada perintah dan menjauhi
larangan-Nnya. Pada kenyataannya terbukti bahwa manusia ada yang bersyukur dan sebagian kufur nikmat kepada Allah. Namun
Allah memberi kebebasan kepada manusia apakah hendak bersyukur/taat atau tidak.
Sebagaimana Firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Insan ayat 2-3.
اناخاقناالإنسان من نطفة امشاج نبتليه فجعلناه سميعا بصيرا. اناهديناه السبيل
اما شاكرا واما كفيرا
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan mausia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak
mengujinya (perintah dan larangan), karena itu kami jadikan dia mendengar dan
melihat. Sesungguhya kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kufur. ( QS. Al-Insan: 2-3 ).
Dari ayat di atas telah jelas bahwa manusia
ini ada yang termasuk beriman yang mensyukuri nikmat dan ada pula yang kufur.
Namun Allah tidak rugi dengan kedu hal terssebut. Baik orang yang beriman
maupun orang yang kufur. yang beriman
kepada Allah tidak akan menambah keagungan dan kepunyaan-Nya yang di langit
maupun dibumi, karena Dia telah maha agung dan sang malik ( maha memiliki ). Dan
sebaliknya orang yang kufur kepada-Nya tidak akan mengurangi ke agungan-Nya.
namun Allah akan memberikan reward dan punisment terhadap keduanya. Sebagaimana
firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 7, asyura ayat 23, al qomar 33-35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar