oleh Ma'mun Firmansyah, Dede Ima, Ade Yuyun
Islam adalah agama yang selamat dan telah
disempurnakan oleh Allah sesudah ajaran nabi-nabi terdahulu. Islam ini dibawa
melalui nabi terakhir yaitu Nabi
Muhammad Saw. Ia adalah penyampai risalah dari Allah Swt untuk disampaikan
kepada manusia di bumi ini sekaligus suri tauladan ataupun uswatun hasanah yang patut dicontoh, terutama
dalam akhlaknya yang berakhlakul karimah.
Salah satu akhlak yang patut dicontoh dari nabi ialah
ia senantiasa bertawakkal kepada Allah atas segala urusannya. Prilaku ini telah
ada perintahnya dalam Al-Qur’an, begitu pula sunah nabi. Sehingga telah ditiru
dan amalkan oleh para sahabat nabi, para tabiin,
tabiut tabiin bahkan sampai ulama ulama yang hidup pada jaman sekarang.
Bertawakkal kepada Allah, baik dalam segala urusan
ataupun usaha adalah sangat diperlukan, terutama untuk membangun spiritual
orang muslim guna menjadi insan yang kamil
ataupun kaffah. Namun kenyataannya
masih banyak orang muslim yang belum mengerti akan makna sebuah tawakkal kepada
Allah Swt, bahkan salah dalam menafsirkannya, dimana mereka beranggapan bahwa
dengan bertawakkal mereka hanya diam saja dan pasrah apa adanya ( terserah
Allah ) tanpa usaha dan ikhtiar yang maksimal.
Untuk menghindari kesalah tafsiran ini, maka penulis
mencoba untuk menulis makalah dengan judul “ Keutamaan Tawakkal” guna dijadikan
pengetahuan islam untuk lebih memahami secara jelas tentang tawakkal.
Untuk mempermudah dalam penulisan makalah ini, maka
penulis membuat rumusan sebagai beriklut.
1.
Apa yang
dimaksud dengan tawakkal?
2.
apa saja
macam-macam tawakkal
3.
Apa manfaat
bertawakkal kepada Allah?
4.
Apa saja
cirri-ciri orang yang bertawakkal?
Dalam penulisan makalh ini, penulis memiliki
tujuan-tujuan yang dicapai, yaitu sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui
pengertian tawakkal.
2.
Untuk mengetahui
macam-macam tawakkal.
3.
Untuk mengetahui
manfaat bertawakkal kepada Allah.
4.
Untuk mengetahui
cirri-ciri orang yang bertawakkal.
Dengan ditulisnya makalah ini, penulis berharap ada
manfaat yang tercapai dari hasil penulisan teresebut, yakni sebagai berikut.
Dapat dijadikan sumber litelatur pembelajaran untuk
memahami ilmu-ilmu agama Islam.
Khususnya kaum pelajar dan umumnya masyarakat muslim
lebih tertingkatkan motivasi untuk selalu bertawakkal kepada Allah Swt dalam
segala urusan-urusan.
Dapat mewujudkan sikap untuk selalu bertawakkal kepada
Allah baik bagi penulis tersendiri maupun pembaca makalah ini.
Tawakkal
menurut bahasa berasal dari kata Tawakul yang berarti bersandar atau mempercayai
diri.
Pengertian
Tawakkal menurut para ahli dan ulama yaitu :
1. Imam al-Ghazâliy
Tawakkal adalah menyandarkan diri kepada Allah tatkala
menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam kesukaran, teguh hati
tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tentram.
2.
Hamka
Tawakkal adalah menyerahkan segala urusan atau perkara
ikhtiar dan usaha kepada Allah swt karena kita lemah dan tak berdaya.
3.
Hamzah Ya’qub
Tawakkal adalah mempercayakan diri kepada Allah dalam
melaksanakan suatu rencana, bersandar kepada kekuatan-Nya dalam melaksanakan
suatu pekerjaan, berserah diri kepada-Nya pada waktu menghadapi kesukaran.
4
. Menurut Imam Ahmad bin Hambal
Tawakkal merupakan aktivitas hati, artinya tawakkal itu
merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh
lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakkal juga
bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi:2004. Hal 337)
5. Ibnu Qoyim al-Jauzi
Tawakal merupakan amalan dan
ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya
kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas
sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan
memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi diriny, dengan tetap melaksanakan
‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang
dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi
Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)
Adapun menurut ajaran Islam,
tawakkal itu adalah menyerahkan diri kepada Allah swt setelah berusaha keras
dan berikhtiar serta bekerja sesuai dengan kemampuan dan mengikuti sunnah Allah
yang Dia tetapkan.
(
#sÎ*sù
|MøBztã
ö@©.uqtGsù
n?tã
«!$#
4
¨bÎ)
©!$#
=Ïtä
tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$#
ÇÊÎÒÈ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, makabertawakkallah
kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Âli ‘Imrân [3]: 159)
Jadi dapat di simpulkan pengertian tawakkal adalah berserah diri kepada Allah
setelah berusaha keras, dan menunggu hasilnya.
Pertama:
Tawakkal Kepada Allah Ta’ala
Sesuai
dengan obyeknya, tawakkal ini terbagi menjadi empat macam, terdapat beberapa
macam Tawakkal kepada Allah swt , tawakkal ini terbagi menjadi :
1.
Tawakkal kepada Allah
Ta’ala dalam meluruskan diri, mengarahkannya, memurnikan tauhid, dan berpegang
teguh pada ajaran agama-Nya secara lahir maupun bathin, tanpa berusaha
memberikan pengaruh pada orang lain. Dengan pengertian tawakkal kepada Allah
dalam memperbaiki diri sendiri tanpa melihat orang lain.
2.
Tawakkal kepada Allah
dalam meluruskan diri, seperti poin pertama, ditambah dengan tawakkal
kepada-Nya dalam menegakkan agama Allah di muka bumi dan mencegah kerusakan,
memberantas bid’ah, dan memerangi orang-orang kafir dan orang-orang munafik.
Juga memberikan perhatian terhadap kemaslahatan kaum muslimin, menegakkan amar ma’ruf
nahi munkar, memberikan pengaruh kepada orang lain sehingga dia benar-benar
menyembah Allah semata. Dan inilah tawakkal para Nabi dan para ulama pewaris
mereka. Ini pula merupakan macam tawakkal yang paling agung sekaligus paling
bermanfaat.
Al-‘Allamah
Ibnu as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dan ketahuilah bahwa tawakkal para
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan tuntutan paling tinggi sekaligus
tingkatan paling mulia. Dan itulah tawakkal kepada Allah dalam menegakkan dan
menolong agama-Nya, memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, dan menyingkirkan
kesesatan dari mereka. Yang demikian itu merupakan tawakkal yang paling
sempurna.”
Dengan
demikian, tawakkal yang paling afdhal adalah tawakkal dalam hal yang wajib.
Yang dimaksud adalah kewajiban dalam menegakkan kebenaran dan kewajiban sesama
makhluk, Kewajiban pada diri sendiri. Dan yang paling luas serta paling
bermanfaat, yaitu tawakkal dalam memberikan pengaruh
kepada orang lain demi kemaslahatan agama atau mencegah kerusakan agama. Dan
itulah tawakkal para Nabi dalam menegakkan agama Allah dan mencegah kerusakan
yang dilancarkan orang-orang yang suka berbuat kerusakan. Dan ini pula tawakkal
para pewaris mereka (ulama).
3.
Tawakkal kepada Allah
dalam memenuhi kebutuhan seorang hamba dan bagiannya yang bersifat duniawi,
atau mencegah hal-hal yang tidak disukainya dan juga berbagai musibah duniawi,
seperti orang yang bertawakkal dalam meraih rizki atau kesehatan atau istri
atau anak atau pertolongan dalam melawan musuh dan lain sebagainya. Tawakkal ini
akan memberikan kecukupan kepadanya di dunia maupun di akhirat atas apa yang
dia bertawakkal kepada Allah, kecuali jika dia berniat meminta pertolongan
dengan hal itu untuk menaati Allah Azza wa Jalla.
Al-‘Allamah
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Antara kedua macam tawakkal yakni, macam
yang kedua dan ketig terdapat keutamaan
yang tidak diketahui jumlahnya, kecuali oleh Allah saja. Oleh karena itu, jika
seorang hamba bertawakkal kepada-Nya dengan tawakkal kedua dengan
sebenar-benarnya, maka Allah akan memberikan kecukupan yang secukup-cukupnya
pada tawakkal macam ketiga. Dan jika seorang hamba bertawakkal kepada Allah
dengan tawakkal macam ketiga, maka dia juga akan diberikan kecukupan pula,
tetapi dia tidak akan mendapatkan akibat dari obyek yang ditawakkalinya pada
apa yang dicintai dan diridhai-Nya.”
4.
Tawakkal kepada Allah
dalam melakukan sesuatu yang haram atau menolak apa yang diperintahkan. Ada
orang yang bertawakkal kepada Allah dalam berbuat dosa dan melakukan perbuatan
keji. Pada umumnya, orang-orang yang memiliki tujuan seperti ini tidak akan
dapat melakukannya, kecuali dengan meminta pertolongan kepada Allah dan
bertawakkal kepada-Nya. Bahkan bisa jadi tawakkal mereka lebih kuat daripada
tawakkal kebanyakan orang-orang yang berbuat ketaatan. Oleh karena itu, mereka
telah mencampakkan diri mereka ke dalam kehancuran dan kebinasaan sambil
bersandar kepada Allah agar Dia menyelamatkan mereka serta mewujudkan tuntutan
mereka.
Kedua:
Tawakkal Kepada Selain Allah Ta’ala
Tawakkal
macam ini terbagi menjadi dua bagian:
1.
Tawakkal Syirki (syirik), yang ia terbagi lagi menjadi dua macam:
a)
Tawakkal kepada selain
Allah Ta’ala dalam urusan yang tidak ada seorang pun mampu mengerjakannya,
kecuali Allah Azza wa Jalla, seperti orang-orang yang bertawakkal kepada
orang-orang yang sudah meninggal dunia dan para thaghut dalam mengharapkan
tuntutan mereka, berupa pertolongan, penjagaan, rizki, dan syafa’at. Yang
demikian itu merupakan syirik terbesar. Sesungguhnya hal-hal seperti ini dan
yang semisalnya tidak ada yang dapat melakukannya, kecuali hanya Allah Tabaraka
wa Ta'ala.
Tawakkal
macam ini disebut sebagai tawakkal sirri, karena tawakkal ini tidak dilakukan,
kecuali oleh orang yang meyakini bahwa orang yang meninggal ini memiliki
kemampuan berbuat secara rahasia di alam ini. Tidak ada perbedaan antara Nabi,
wali maupun thaghut yang menjadi musuh Allah Ta’ala.
b)
Tawakkal kepada selain
Allah dalam hal-hal yang mampu untuk dikerjakan berdasarkan perkiraan orang
yang bertawakkal kepadanya. Dan ini merupakan syirik kecil.
Seperti,
tawakkal dalam sebab yang tampak lagi biasa. Misalnya orang yang bertawakkal
pada penguasa atau pemerintah dalam hal-hal yang Allah telah berikan kepadanya,
baik itu berupa rizki, penolakan gangguan, dan yang lain-lainnya. Yang demikian
ini termasuk syirik khafi (tersembunyi).
Oleh
karena itu, dikatakan, menolehnya hati kepada sebab-sebab merupakan perbuatan
syirik dalam tauhid, karena kuatnya ketergantungan dan sandaran hati padanya.
Yang
demikian itu, karena hati tidak akan bertawakkal, kecuali pada pihak yang
diharapkannya. Oleh karena itu, barangsiapa berharap kepada kekuatan,
perbuatan, ilmu, keadaan, teman, kerabat, syaikh, kekuasaan atau hartanya,
tanpa melihat kepada Allah Ta’ala, maka di dalamnya terkandung semacam tawakkal
karena ada sebab (sarana) tersebut. Tidaklah seseorang berharap kepada makhluk
atau bertawakkal kepadanya, melainkan dia akan mendapatkan kegagalan, maka
sesungguhnya ia termasuk syirik.
Allah
Ta’ala telah berfirman:
`tBur
õ8Îô³ç
«!$$Î/
$yJ¯Rr(s3sù
§yz
ÆÏB
Ïä!$yJ¡¡9$#
çmàÿsÜ÷tFsù
çö©Ü9$#
÷rr&
Èqôgs?
ÏmÎ/
ßwÌh9$#
Îû
5b%s3tB
9,Åsy
ÇÌÊÈ
“Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”
[Al-Hajj: 31]
Syaqiq
al-Balakhi mengatakan, “Setiap orang memiliki maqam
(kedudukan),
di mana dia bisa bertawakkal
pada
hartanya, dirinya sendiri, lidahnya, pada pedangnya, atau kekuasaannya, dan
juga kepada Allah Azza wa Jalla.
ä!$xÿuZãm
¬!
uöxî
tûüÏ.Îô³ãB
¾ÏmÎ/
4
`tBur
õ8Îô³ç
«!$$Î/
$yJ¯Rr(s3sù
§yz
ÆÏB
Ïä!$yJ¡¡9$#
çmàÿsÜ÷tFsù
çö©Ü9$#
÷rr&
Èqôgs?
ÏmÎ/
ßwÌh9$#
Îû
5b%s3tB
9,Åsy
Adapun
orang yang bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, maka dia telah mendapatkan
ketenangan. Yang dengannya, Allah akan meninggikan kedudukannya. Allah Ta’ala
berfirman:
ö@2uqs?urn?tãÇcyÛø9$#Ï%©!$#wßNqßJtÇÎÑÈ
‘Dan
bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati...’ [Al-Furqaan:
58]
Sedangkan
orang yang merasa tenang kepada selain Allah, maka dikhawatirkan ia akan
terputus dari-Nya sehingga dia akan hidup sengsara.”
Tetapi, jika dia mengambilnya dengan
anggapan ia sebagai sarana, sedangkan Allah Ta’ala yang menetapkan semuanya
pada dirinya, maka yang demikian itu tidak ada masalah, jika apa yang
ditawakkali itu memiliki pengaruh yang baik dalam pencapaiannya.
2.
Wakalah (mewakilkan) yang dibolehkan.
Yang
dimaksudkan di sini adalah seseorang yang mewakilkan kepada orang lain untuk
mengerjakan sesuatu yang mampu untuk dikerjakan, sehingga dengan demikian itu
akan dicapai apa yang diinginkan.
Wakalah
di sini berarti penyerahan dan pemeliharaan. Misalnya, Anda katakan, “وَكَّلْتُ
فُلاَناً”
(jika Anda memintanya untuk menjaganya). Dan “وَوَكَّلْتُ
اْلأَمْرَ إِلَيْهِ”
(jika Anda menyerahkan urusan kepadanya).
Dan
menurut syari’at, wakalah berarti seseorang memberikan kekuasaan kepada orang
lain untuk menggantikan dirinya secara mutlak atau terbatas.
Wakalah
dalam bentuk seperti ini, dibolehkan oleh al-Kitab, as-Sunnah maupun ijma’.
Allah Ta’ala telah berfirman melalui lisan Ya’qub Alaihissallam yang berbicara
kepada anak-anaknya:
¢ÓÍ_t7»t(#qç7ydø$#(#qÝ¡¡¡ystFsù`ÏBy#ßqãÏmÅzr&urÇÑÐÈ
“Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya...” [Yuusuf: 87]
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mewakilkan kepada para pekerja dan
penjaga.
Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu telah berkata,
وَكَّلَنِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ
“Rasulullah pernah
menjadikan diriku sebagai wakil untuk menjaga zakat di bulan Ramadhan…” [18]
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mewakilkan dalam menetapkan hukuman
hadd dan pemberlakuannya, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Unais.
‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu juga pernah menjadi wakil Rasul di dalam
penyembelihan hewan kurban beliau pada waktu haji Wada’ untuk menyedekahkan
kulit dan sebagian besarnya. Dan memerintahkan untuk menyembelih seratus hewan
kurban yang masih tersisa setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyembelih enam puluh tiga ekor dengan tangan beliau sendiri.
Adapun
maanfaat untuk seorang muslim yang memiliki sifat bertawakal diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Mendapatkan
Cinta dari Allah SWT, Allah berfirman dalam Al-Quran:
øÎ)crßÏèóÁè?wurc¼âqù=s?#n?tã7ymr&Û^qߧ9$#uröNà2qããôtþÎûöNä31t÷zé&öNà6t7»rOr'sù$CJxî5dOtóÎ/xøx6Ïj9(#qçRtóss?4n?tã$tBöNà6s?$sùwur!$tBöNà6t7»|¹r&3ª!$#ur7Î6yz$yJÎ/tbqè=yJ÷ès?ÇÊÎÌÈ
Artinya:
“(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak
menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang sedang berada diantara
kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu
kesedihan diatas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang
luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” ( QS. Al-Imran 3:153)
Tawakal
dapat mencegah adzab Allah SWT, Allah berfirman dalam Al-Quran:
ö@è%óOçF÷uäur&÷bÎ)zÓÍ_s3n=÷dr&ª!$#`tBurzÓÉë¨B÷rr&$oYuH¿qu`yJsùçÅgätûïÍÏÿ»s3ø9$#ô`ÏBA>#xtã5OÏ9r&ÇËÑÈ
Artinya:
“Katakanlah:”terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang
yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk
surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa
yang pedih?” (QS. Al-Mulk 67:28)
2)
Dicukupkan rizkinya dan
merasakan ketenangan, sesuai firman Allah SWT berikut :
çmø%ãöturô`ÏBß]øymwÜ=Å¡tFøts4`tBurö@©.uqtGtn?tã«!$#uqßgsùÿ¼çmç7ó¡ym4¨bÎ)©!$#à÷Î=»t/¾ÍnÌøBr&4ôs%@yèy_ª!$#Èe@ä3Ï9&äóÓx«#Yôs%ÇÌÈ
Artinya
: “ Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan
barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah
mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” ( Qs. Ath-Thalaq 65:3 )
3) Dikuatkan
iman dan dijauhkan dari setan. Allah SWT berfirman :
¼çm¯RÎ)}§øs9¼çms9í`»sÜù=ßn?tãúïÏ%©!$#(#qãZtB#uä4n?tãuróOÎgÎn/utbqè=2uqtGtÇÒÒÈ
Artinya
: “ Sungguh,setan itu tidak akan
berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.” (Qs.
Al-Nahl 16:99 )
4) Termasuk
ke dalam tujuh puluh ribu umat Nabi Muhammad Saw yang masuk surga tanpa di hisab,
seperti diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya sebagai berikut:
“Yaitu
mereka yang tidak membual, tidak mencuri, tidak membuat ramalan yang
buruk-buruk dan kepada Rabb mereka bertawakal.” ( Al-Bukhary dan Muslim )
5) Menang
dalam melawan musuh,membangun mentalitas yang tegar dan mulia.seperti firman
Allah SWT berikut:
tûïÏ%©!$#tA$s%ãNßgs9â¨$¨Z9$#¨bÎ)}¨$¨Z9$#ôs%(#qãèuKy_öNä3s9öNèdöqt±÷z$$sùöNèdy#tsù$YZ»yJÎ)(#qä9$s%ur$uZç6ó¡ymª!$#zN÷èÏRurã@Å2uqø9$#ÇÊÐÌÈ(#qç7n=s)R$$sù7pyJ÷èÏZÎ/z`ÏiB«!$#9@ôÒsùuröN©9öNæhó¡|¡ôJtÖäþqß(#qãèt7¨?$#urtbºuqôÊÍ«!$#3ª!$#urrè@@ôÒsùAOÏàtãÇÊÐÍÈ
Artinya:
“ (Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada
orang-orang yang mengatakan kepadanya,“orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka.”ternyata
(ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab,”cukuplah Allah
(menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung.” Maka mereka
kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa
suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia
yang besar.” ( QS. Al-Imran 3:173-174)
6) Jiwa,harta,anak,dan
keluarga senantiasa terjaga. Allah SWT berfirman:
tA$s%ur¢ÓÍ_t6»tw(#qè=äzôs?.`ÏB5>$t/7Ïnºur(#qè=äz÷$#urô`ÏB5>ºuqö/r&7ps%ÌhxÿtGB(!$tBurÓÍ_øîé&Nä3ZtãÆÏiB«!$#`ÏB>äóÓx«(ÈbÎ)ãNõ3çtø:$#wÎ)¬!(Ïmøn=tãàMù=©.uqs?(Ïmøn=tæurÈ@©.uqtGuù=sùtbqè=Åe2uqtFßJø9$#ÇÏÐÈ
Artinya:
“ Dan dia (Yaqub) berkata,”wahai
anak-anaku!janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari
pintu-pintu gerbang yang berbeda, namun demikian aku tidak dapat mempertahankan
kamu sedikitpun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah.
Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang
bertawakal.” (QS. Yusuf 12:67 )
Sungguh
telah diberi karunia dan hidayah kepada orang yang memiliki sikap tawakkal,
terutama bertawakkal kepada Allah SWT. Segala urusannya akan diserahkan kepada
Allah dengan usaha-usaha yang telah dilakukannya untuk mencapai tujuan yang dia
cita-citakan.
Mungkin
di lingkungan masyarakat , kita sulit menemukan seseorang yang bertawakkal .
untuk mempermudahnya dapat mengenal sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Mujahadah (
semangat yang kuat )
Sebagai seorang mukmin
dan muslim dianjurkan untuk memiliki
akhlak yang baik. Salah satunya
tawakkal. Guna terciptanya sosialisasi yang tentram,tenang,dan damai.
Tawakkal
bukan hanya sekedar merasakan segala perkara kepada Allah, tetapi diawali
dengan usaha-usaha ataupun jalan-jalannya yang kuat. Setelah itu serahkan
hasilnya kepada Allah SWT.
Diantara
ciri orang yang bertawakkal ialah memiliki semangat yang kuat. Mempunyai
semangat yang kuat merupakan salah satu akhlak orang mukmin yang dianjurkan
oleh Islam.
Dalam
buku Pelita As-Sunnah (2003:293) karangan Syeikh Ibrahim Jalhum terdapat sebuah
hadits yang artinya sebagai berikut : “ Dari Abu Hurairah r.a.,ia berkata, Rosulullah
SAW. Bersabda, “ Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah
daripada orang mukmin yang lemah,walaupun semuanya itu ada kebaikannya.
Tekunlah berusaha untuk mencari apa yang memberi manfaat bagimu. Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan jangan lemah semangat. Jika sesuatu menimpa
dirimu, jangan engka berkata, “ Seandainya aku berbuat begini, akibatnya tentu
begini. Akan tetapi, katakanlah Allah telah menakdirkannya dan apa yang dikehendaki niscaya Dia kerjakan. Karena sesungguhnya ucapan
seandainya itu membuka jalan perbuatan setan.” ( H.R. Muslim)
Penjelasan:
Dalam
hadits ini tersirat petunjuk untuk
berusaha yakni kuat iman serta teguh dalam usaha yang berguna yang kebaikannya
merata ke masyarakat. Oleh karena itu,
kita wajib mengusahakan amal kebajikan dengan hasrat dan cita yang kuat, penuh keyakinan, tidak was-was, linglung, dan malas.(Jalhum I. 2003:294)
Orang
mukmin yang menempuh cara semacam ini adalah orang yang
lebih bagus dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada orang yang
lemah semangatnya, tidak mau bekerja keras dan
mengerjakan atau mencari pekerjaan yang berfaedah. Sepantasnyalah setiap
orang untuk meningkatkan ilmu,budi pekerti,
serta kemasyarakatan dan perekonomiannya.
(Jalhum I. 2003:294)
Itulah
sebabnya, Rasulullah SAW.melanjutkan pertunjukannya kepada orang mukmin dengan
bersabda, “ihrish ‘alaa maa yanfa’uka”,yakni tekunlah berusaha agar manfaat
material dan spiritual tidak luput darimu. Oleh karena itu, kita wajib mencurahkan
segala tenaga agar terpenuhi kebaikan
bagi diri, keluarga,dan bangsa. Jangan lalai mencari ilmu dan pengetahuan yang
bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Minta tolonglah kepada Allah Azza
wa Jalla atas semua itu karena Allah
SWT. Maha Pemurah dan tempat meminta
pertolongan. Bagi seseorang, tiada cukup untuk tidak meminta pertolongan pada
setiap masalah dari sekian banyak
keadaan yang meliputinya.
(Jalhum I. 2003:294)
Rosulullah
SAW. Mengingatkan agar kita tidak bersifat lemah, yakni hilang semangat,putus
asa,pemalas,dan lalai dalam mengusahakan hal-hal yang luhur. Rosulullah SAW.
Selalu memanjatkan doa yang artinya sebagai berikut:
“Ya Allah, sesungguhnya
aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan,kemalasan,ketakutan,dan kebakhilan.” (H.R.
Muslim)
Hadits
tersebut juga menerangkan, bila seorang
ditimpa malapetaka dan tidak menemukan jalan yang dapat melepaskan diri dari
penderitaan,meskipun sudah mencurahkan daya dan usaha, ia harus menyerahkan
masalah tersebut kepada Allah Azza waa Jalla dengan tidak bosan-bosannya dan
tidak putus asa. Oleh karena itu, jangan
sekali-kali mengeluarkan ucapan “ Seandainya (andaikata) aku berbuat begini,
tentu akibatnya demikian.” Sebab, “berandai-andai” itu memberi
peluang bagi setan untuk selalu menggoda manusia dan membimbangkannya terhadap
qadha dan takdir Allah yang telah disuratkan kepada hamba-hamba-Nya. yang lebih
baik adala mengatakan “Ini adalah takdir Allah. Apa yang Dia kehendaki di
perbuat-Nya.” begitu juga hendaknya mencari sebab-sebab yang lazim menurut
Sunnah Allah dalam menetapkan sesuatu untuk menghadapi akibat kejadiannya. Oleh
karena itu, selayaknya generasi penerus bangkit untu menatap masa
depan,tekun,dan bekerja, tetapi tetap memasrahkan jiwa raganya hanya kepada
Allah, Tuhan semesta alam. (Jalhum I.
2003:295)
2.
Bersyukur
Ciri
lain orang yang bertawakkal ialah ia senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.
Apabila ia sukses ataupun berhasil dalam segala urusan ataupun ia mendapatkan
apa yang dibutuhkan dan diinginkan ia tak luput untuk senantiasa bersyukur kepada Allah, karena ia menyadari
dan meyakini bahwa semua yang ia dapatkan itu adalah takdir Allah dan
kehendak-Nya.
Dengan bersyukur pula ia akan selalu merasa puas,
senang dan bahagia. Seperti dalam firman Allah :
“ Bersyukurlah kepada-Ku
niscaya akan aku tambah nikmatnya, tapi jika tidak bersyukur sesungguhnya
azabku teramat pedih “
3.
Bersabar
Ciri
orang yang bertawakkal selanjutnya ialah selalu bersabar. Sebagai orang mukmin
yang bertawakkal kepada Allah ia akan bersabar, baik dalam proses maupun dalam
proses maupun dalam hasil. Karena dengan inilah ia akan bahagia dan tenang atas apa yang di terimanya. Rosulullah. dalam
buku 1100 hadits terpilih (1991:274) karangan
Dr. Muhammad Faiz Almath , Rosulullah SAW bersabda yang artinya sebagai
berikut:
“ Orang yang bahagia
ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang terkena ujian dan cobaan
dia bersabar.” ( HR. Ahmad dan Abu dawud)
Bahwa
orang yang bahagia ialah yang dijauhkan atau terhindar dari fitnah-fitnah dan
orang yang bersabar ketika mendapatkan ujian-ujian itu baik berupa ujian
keimanan maupun ujian sekolah biasa karena itu merupakan sebuah ujian untuk
menguji seberapa kemampuan seseorang menguasai pelajaran. Seseorang yang apabila ia kurang berhasil dalam mencapai
sesuatu urusan, atau gagal lulus UN atapun tidak lulus SNMPTN itu juga merupakan sebuah ujian. Lalu yang
manakah ujiannya?
Ujian
tersebut ialah ujian dari beberapa sikap, misalkan terjadi kegundahan pada
dirinya,sikap putus asa, tidak percaya diri dan selalu merasa kurang pada
dirinya itu yang mengarahkan kepada rendah diri. Lalu apa obatnya? Tak lain
obatnya ialah sabar. Dengan sabar ia akan bahagia. Dengan sabar ia akan merasa
tenang, dengan sabar hatinya akan tentram,dengan sabar ia akan tau takdir Allah
SWT yang diberikan kepadanya serta mengetahui hikmahnya.
4.
Intropeksi Diri (Muhasabah)
Orang
yang bertawakkal salah satu sikapnya
ialah intropeksi diri. Dimana ia akan intropeksi diri apabila ia kurang
sukses daam menjalankan sesuatu ia tidak membuat dirinya “drop”, melainnkan ia
selalu intropeksi pada diri, dapat dikatakan muhasabah. Senantiasa mengoreksi
apa yang telah dilakukannya. Setelah itu ia akan berusaha menghindari faktor
penyebab suatu kegagalan tersebut serta senantiasa memberikan yang terbaik pada
dirinya.
5.
Berdoa
Sungguh termasuk orang yang takabur orang
yang tidak pernah berdo’a, padahal segala hasil usaha keras itu sesuatu ia
dapatkan adalah atas izin Allah Swt, tanpa izin-Nya semuanya tidak akan mungkin
terjadi.
Berdo’a diperintahkan
oleh Allah SWT, seperti dalam firman-Nya :
“ Berdo’alah kalian
niscaya akan Aku kabulkan
“
PENUTUP
Tawakkal menurut bahasa berasal dari tawakkul yangf
artinya bersandar atau memmpercayai
diri. Sedangkan menurut pendapat para ulama memiliki berbeda-bada pendapat
dalam penafsirannya. Ada yang mengemukakan bahywa tawakkal ialah menyandarkan
diri kepada Allah dalam segala urusan dan, dan ada yang mengatakan bahwa
tawakkal ialah menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt.
tawakkal terbagi kepada dua bagian, yaitu tawakkal
kepada Allah dan tawakkal kepada selain Allah. Tawakkal kepada selain Allah ada
yang dibolehkan dan ada yang dilarang.
Orang yang senantiasa bertawakkal kepada Allah ia akan
mendapat kecinttan dari Allah Swt, imannya menjadi kuat, mempunyai mentalitas
yang tegar, dicukupkan rizkinya oleh Allah dan termasuk kepada tujuh puluh ribu
umat nabi yang masuk surge tanpa hisab.
Alhamdulillah makalah ini telah sampai diujung pena,
namun sebelum mengakhirinya penulis memiliki saran kepada siapa saja untuk
selalu memperbanyak membaca dan menulis. Karena dengan inilah dua kunci ilmu
untuk selalu dipegang oleh umat manusia.
Kepada siapa saja yang akan membuat karya makalah
untuk selalu tetap memperbanyak sumber-sumber sebagai bahan-bahan pembuatan karya
tulis ilmiah tersebut serta selalu waspada untuk tidak menjiplak danplagiat
suatu karya orang lain. Prestasi oke, apalagi jujur lebih bagus.
Tahdzib Madarijis Salikin,Supriyanto.2010.Buku
Tawakal Bukan Pasrah.Jakarta:Qultum Media.
http://ramadan.detik.com/read/2009/09/03/120936/1195708/790/tawakal
Supriyanto.2010.Buku
Tawakal Bukan Pasrah.Jakarta:Qultum Media.
http://ramadan.detik.com/read/2009/09/03/120936/1195708/790/tawakal(8-10-2012)
Syeikh Ibrahim Jalhum.2003.Pelita As-Sunnah Petunjuk Jalan Bagi Kaum Muslimin.Bandung.Pustaka
Setia