A.
Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
Keberhasilan dalam memenejemen
kelas banyak dipengaruhi oleh beberapa
factor yang berpengaruh terhadap keberlangsungan pembelajaran yang akan
dicapai. Diantaranya adalah factor fisik yang berhubaungan dengan kondisi fisik
kelas tersebut dan non fisik yang berkaitan dengan guru. Dalam buku Pengelolaan Pendidikan yang
ditulis oleh tim Jurusan Administrasi Pendidikan (2010:108) mengatakan bahwa
untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, ada beberapa factor yang
mempengaruhinya antara lain kondisi fisik dan sosio-emosional.
1.
Kondisi
fisik
Lingkungan fisik tempat belajar
mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan pembelajaran sehingga
tersampaikan dan terserapnya ilmu oleh oleh peserta didik, salahsatunya dipengaruhi
oleh kondisi fisik dalam kelas.
Untuk memenuhi syarat minimal
mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh
yang positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran, maka harus diperhatikan
pula hal ini baik dalam segi ruangan, pengaturan tempat duduk, ventilasi cahaya
dan pengaturan penyimpanan barang.
Ruang tempat pembelajaran harus
memungkinkan untuk siswa bergerak dengan leluasa, tidak berdesak-desakan dan
bila perlu meletakan hiasan-hiasan yang mendidik seperti tanaman-tanaman yang
memekai pot.
Pengaturan tempat duduk yang
paling memungkinkan terjadinya tatap muka sehingga guru dapat mengontrol
sisiwanya. Apakah pengaturannya secara klasik yaitu dengan posisi semua murud
menghadap guru kedepan, ataukah dengan formasi tapal kuda yang dimana guru
berada di tengah-tengah siswa, ataukah dengan melingkar. Namun umumnya semua
posisi itu diatur menurut kesenangan siswa yang penting adalah tertib.
Suhu dan ventilasi ruangan diatur
sedemikian mungkin, tidak terlalu gelap dan sesak udara,tidak pula terlalu
terang dan angin yang masuk dengan kencang. Bila perlu terdapat tanaman-tanaman
hias yang berpot yang berfungsi untuk mendapatkan oksigen yang cukup bagi
ruangan.
Barang-barang yang penting
ditempatkan sedemikian rupa, tidak berserakan dan diletakan ditempat yang mudah
terjangkau apabila dibutuhkan. Dalam pemeliharaannya sangat dilakukan dengan
periodic secara cek dan recek.
2.
Kondisi
Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional dalm
kelas akan mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan pembelajaran. Kondisi
sosio-emosional tersebut meliputi:
a. Kepemimpinan
Guru
Peran guru dalam memimpin proses
pembelajaran akan mewarnai suasana emosionnal didalam kelas. Apakah guru
melaksanakan kepemimpinan dalam pembelajaran dengan demokratis ataukah otoriter
yang kesemuanya memberikan dampak bagi peserta didik.
b. Sikap
Guru
Sikap guru dalam kegiatan
pembelajaran sangat berpengaruh terhadap peserta didik, apakah sikapnya
dapat menjadikan pembelajaran yang
efektif, memudahkan terserapnya ilmu dan
menyenangkan bagi peserta, ataukah tidak tercapainya semua kriteria tersebut. Berikut ini adalah beberapa sikap guru untuk
mencapai kriteria tersebut selama dalam kegiatan belajar mengajar.
1.
Cinta
kepada murid
Kunci untuk menjalin emosional yang baik adalah cinta. Guru yang baik
adalah guru yang melandaskan interaksinya dengan siswa diatas nilai-nilai
cinta. Hubungan yang berlandaskan cinta akan melahirkan keharmonisan. Sikap
cinta, kasih dan sayang tercermin melalui kelembutan, kesabaran, penerimaan,
kedekatan, keakraban serta sikap positif lainnya (mahfud 2011:29).
Abdul Munir (2007) spritual teaching, mengatakan bahwa sosok seorang guru
harus senantiasa memperlihatkan sifat
kasih sayang kepada siswanya setiap saat baik didalam maupun diluar sekolah.
Kasih sayang yang selalu ditebar inilah yang akan ditangkap oleh siswa sebagai
kharisma. Siswa akan mencintai gurunya dengan cara mengidolakannya sebagai
sosok yang berwibawa.
2.
Menghargai
murid
Kualitas hubungan guru-murid sangat penting untuk keefektifan dalam
pembelajaran. Apapun mata pelajarannya, semua dapat dibuat menarik dan
mengasyikan bagi siswa apabila seorang guru telah mempelajari bagaimana
menciptakan hubungan yang saling menghargai.
Dalam buku Be A Good Teacher Or Never
(2011) Asep Mahfud mengatakan bahwa membangun emosioanal yanfg baik sangat
efektif dalam emngaktifaknk siswa dalam proses pembelajaran pembelajaran.
Jalinan rasa simpati dan saling pengertian akan embuka jalan bagi kehidupan
bergairah siswa, membuka jalan emasuki
dunia baru mereka, dan mengetaahui minat-kuat mereka.
Dalam Quantum Teaching (2007)
Bobby Deporter, dkk. Mengatakan bahwa membina hubungan dengan baik dapat
memudahkan kita melibatkan siswa, memudahakan pengelolaan kelas, memperpanjang
waktu fokus, dan emningkatkan kegembiraan. Sejauh mana kita memasuki dunia
siswa, sejauh itu pula pengaruh yang kita miliki di dalam kehidupan siswa.
3.
Sabar
Dalam buku Pengelolaan Pendidikan yang ditulis oleh tim Jurusan
Administrasi Pendidikan (2010:108) mengatakan bahwa sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar
peraturan sekolah hendaklah dengan bersabar dan tetap bersahabat dengan suatu
keyakinan bahwa tingkah laku siswa dapat diperbaiki.
Hal ini memang benar, karena secara psikologis jika guru memarahi dan membenci
siswa yang melanggar peraturan tersebut akan berpengaruh terhadap psikologis
siswa itu. Ia akan merasa bersalah dan terus merasa bersalah dan memvonis
dirinya bahwa ia siswa yang paling nakal dan selalu melanggar. Sebaliknya pula
jika dibiarkan begitu saja, siswa tersebut tidak akan merasa dirinya bersalah
dan terus mengulangi kesalahannya. Hendaklah diselesaikan oleh guru secara adil
dan bijaksana. Boleh membenci siswa tersebut dalam artian prilakunya tapi tidak
boleh siswanya., terimalah ia dengan hangat sehingga ia insyap atas
kesalahannya.
4.
Melayani
seluruh gaya belajar siswa
Menurut versi Quantum teaching yang dikutip oleh Asep Mahfud (2011:89)
menyatakan bahwa modalitas dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Visual, Auditorial
dan Kinestetik.
Pertama, gaya belajar visual (Visual Learner). Gaya belajar seperti ini
menjelaskan bahwa seseorang belajar dengan menggunakan penglihatan. Segala
informasi didapat melalui indra
penglihatan. Ciri-ciri gaya belajar seperti ini memiliki kepekaan
terhadap warna, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik,
melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau
memahaminya, terlalu reaktif terhadap suara, sulit mengikuti anjuran secara
lisan dan seringkali menginterpretasikan kata atau ucapan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, guru dapat menggunakan bentuk grafis yang berupa film, slide,
gambar ilustrasi, cpretan-coretan, kartu bergambar, catatan dan kartu gambar
yang bisa digunakan dalam menyampaikan informasi. Dapat pula emngajak siswa untuk
membaca buku-buku yang berilustrasi dan siswa sisuruh untuk
mengilustrasikannya.
Kedua, gaya belajar auditorial (Auditory Learners). Gaya belajar yang
mengandalakan indra pendengaran, berbicara dan mendengar dalam memahami dan
mengingat pengetahuan atau pelajaran. Memiliki kusulitan dalam menyerap
pengetahuan dalam bentuk gambar, tulisan dan semua yang berhubungan dengan
indra penglihatan. Guru dapat melakukan
pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan tape recorder
sebagai lat bantu, melakukan wawancar atau terlibat dalam kelompok diskusi,
mencoba membaca informasi yang kemudian diringkas secara lisan dan melakukan
review secara verbal dengan teman atau pengajar.
Ketiga, gaya belajar kinestetik, (Kinesteti Learners). Orang yang belajar
seperti ini , memahami informasi atau pengetahuan dengan indra peraba. seperti
bergerak, bekerja dan menyentuh. Gaya belajar seperti ini memilki banyak
kerekteristi yang tidak semua orang
biosa melakukannya. Guru dapat melakukan pendekatan dalam kegiatan belajar
dengan melakukan berbagai praktik yang berhubungan dengan fisik, menempatkan tangannya sebagai menyerap
informasi.
c.
Suara
Guru
Walaupun bukan merupakan faktor yang sangat besar, namun suara guru juga
dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Suara yang tinggi ynag melengking akn
terdengar tidak oleh telinga siswa, begitupuun suara yang terlalu rendah tidak
akan terdengar oleh siswa dan bahkan akan terjadi kemungkinan situasi yang
gundah yang dilakukan siswa. Hendaknya suara guru diatur , cenderung rileks,
cenderung mendorong siswa mendengarkannya. Kapan terjadi tekanan pada suara
maupun relatif rendah, jelas dan terdengar oleh semua siswa serta tidak terlau
tiinggi melengking dan tidak terlalu rendah.
d.
Pembinaan
Hubungan Baik
Guru propesional bukanlah guru yang gila hormat. Sangat baik jika guru
selalu menciptakan hubungan erat dengan murid, tersenyum ketika bertemu murid,
menyapa terlebih dahulu, memberi selamt kepaada murid, memberi nasihat,
memanggail mereka dengan panggilan kesayangan dirumah dan memberi hadiah kepada
mereka yang berhasil (Mahfudz 2011: 36)
Pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa merupakan faktor dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan menjalin hubungan yang baik diharapkan
akan terjadinya pembelajaran yang menyenagkan, siswa-siswa yang penuh gairah
dan semangat dalam pembelajarannya, bersikap optimistik serta terbuka terhadap
hal-hal yang ada pada diri siswa tersebut.
3. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin secara organisasionnal yang dilakukan baik ditingkat kelas maupun
sekolah adalah salahsatu mencegah masalah dalam pengelolaan kelas. Kegiatan ini
dilakukan secara rutin dengan dengan tujuan para siswa sudah terbiasa
memlakukan dan menghadapi hal tersebut sehingga tidak harus dipermasalahkannya.
Adapun kegiatan rutinitas tersebut ialah pergfantian pelajaran, upacara dan
kegiatan yang lainnya.
B. Aspek, fungsi dan masalah dalam manajemen kelas
a. Aspek Dalam Manajemen Kelas
Dalam ungkapan Maman Rachman yang dikutip dalam buku Pengelolaan Pendidikan
(2010) yang ditulis oleh Tim Jurusan Administrasi Pendidikan, mengatakan bahwa manajemen
kelas harus dilakukian oleh guru guna memberikan dukungan terhadap keberhasilan
belajar anak. Keberhasilan dalm
pembelajaran akanditentukan oleh seberapa mampu guru dalam memfasilitasi anak
dengan kegiatan manajerial terhadap kelas. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam manajemen kelas yang baik adalah meliputi sifat kelas, pendorong kekuatan
kelas, situasi kelas, tindakan efektif dan kreatif.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas yaitu mengecek
kehadiran, mengumpulkan dan memeriksa pekerjaan siswa, mengumpulkan, mencatat
data, pemeliharaan arsip, menyampaikan materi dan memberikan tugas.
b. Fungsi manajemen kelas
Dalam buku Pengelolaan Pendidikan (2010:111) yang ditulis oleh Tim Jurusan
Administrasi Pendidikan, fungsi manajemen kelas sebenarnya merupakan penerapan
fungsi-fungsi manajemen yang diaflikasikan didalam kelas oleh guru untuk
mendukung tujuan pembelajaran yang hendak dicapainya.dalam pelaksanaanya
fungsi-fungsi manajemen tersebut harus disesuaikan dengan dasar filosofos dalam
pendidikan (belajar, mengajar) di dalam kelas. Fungsi-fungsi tersebut meliputi:
Merencanakan
Yaitu merencanakan sebuah target yang akan dicapai secara matang tujuan dan
teknis atau metode yang tepat untuk digunakan.
Mengorganisasikan
Yai