Kamis, 11 Oktober 2012

makalah keutamaan tawakkal


oleh Ma'mun Firmansyah, Dede Ima, Ade Yuyun

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang selamat dan telah disempurnakan oleh Allah sesudah ajaran nabi-nabi terdahulu. Islam ini dibawa melalui nabi terakhir  yaitu Nabi Muhammad Saw. Ia adalah penyampai risalah dari Allah Swt untuk disampaikan kepada manusia di bumi ini sekaligus suri tauladan ataupun uswatun hasanah yang patut dicontoh, terutama dalam akhlaknya yang berakhlakul karimah.
Salah satu akhlak yang patut dicontoh dari nabi ialah ia senantiasa bertawakkal kepada Allah atas segala urusannya. Prilaku ini telah ada perintahnya dalam Al-Qur’an, begitu pula sunah nabi. Sehingga telah ditiru dan amalkan oleh para sahabat nabi, para tabiin, tabiut tabiin bahkan sampai ulama ulama yang hidup pada jaman sekarang.
Bertawakkal kepada Allah, baik dalam segala urusan ataupun usaha adalah sangat diperlukan, terutama untuk membangun spiritual orang muslim guna menjadi insan yang kamil ataupun kaffah. Namun kenyataannya masih banyak orang muslim yang belum mengerti akan makna sebuah tawakkal kepada Allah Swt, bahkan salah dalam menafsirkannya, dimana mereka beranggapan bahwa dengan bertawakkal mereka hanya diam saja dan pasrah apa adanya ( terserah Allah ) tanpa usaha dan ikhtiar yang maksimal.
Untuk menghindari kesalah tafsiran ini, maka penulis mencoba untuk menulis makalah dengan judul “ Keutamaan Tawakkal” guna dijadikan pengetahuan islam untuk lebih memahami secara jelas tentang tawakkal.

B.       Rumusan Masalah

Untuk mempermudah dalam penulisan makalah ini, maka penulis membuat rumusan sebagai beriklut.
1.        Apa yang dimaksud dengan tawakkal?
2.        apa saja macam-macam tawakkal
3.        Apa manfaat bertawakkal kepada Allah?
4.        Apa saja cirri-ciri orang yang bertawakkal?

C.      Tujuan Masalah

Dalam penulisan makalh ini, penulis memiliki tujuan-tujuan yang dicapai, yaitu sebagai berikut.
1.        Untuk mengetahui pengertian tawakkal.
2.        Untuk mengetahui macam-macam tawakkal.
3.        Untuk mengetahui manfaat bertawakkal kepada Allah.
4.        Untuk mengetahui cirri-ciri orang yang bertawakkal.

D.      Manfaat Penulisan

Dengan ditulisnya makalah ini, penulis berharap ada manfaat yang tercapai dari hasil penulisan teresebut, yakni sebagai berikut.
Dapat dijadikan sumber litelatur pembelajaran untuk memahami ilmu-ilmu agama Islam.
Khususnya kaum pelajar dan umumnya masyarakat muslim lebih tertingkatkan motivasi untuk selalu bertawakkal kepada Allah Swt dalam segala urusan-urusan.
Dapat mewujudkan sikap untuk selalu bertawakkal kepada Allah baik bagi penulis tersendiri maupun pembaca makalah ini.


BAB II

ISI


A. Pengertian Tawakkal

Tawakkal menurut bahasa berasal dari kata Tawakul yang berarti bersandar atau mempercayai diri.
Pengertian Tawakkal menurut para ahli dan ulama yaitu :
1. Imam al-Ghazâliy 
Tawakkal adalah menyandarkan diri kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tentram.
2. Hamka 
Tawakkal adalah menyerahkan segala urusan atau perkara ikhtiar dan usaha kepada Allah swt karena kita lemah dan tak berdaya.
3. Hamzah Ya’qub 
Tawakkal adalah mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu rencana, bersandar kepada kekuatan-Nya dalam melaksanakan suatu pekerjaan, berserah diri kepada-Nya pada waktu menghadapi kesukaran.
4 . Menurut Imam Ahmad bin Hambal
Tawakkal merupakan aktivitas hati, artinya tawakkal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakkal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi:2004. Hal 337)
5. Ibnu Qoyim al-Jauzi
Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi diriny, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)
Adapun menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah menyerahkan diri kepada Allah swt setelah berusaha keras dan berikhtiar serta bekerja sesuai dengan kemampuan dan mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.
( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ           
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, makabertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Âli ‘Imrân [3]: 159)
Jadi dapat di simpulkan pengertian tawakkal adalah berserah diri kepada Allah setelah berusaha keras, dan menunggu hasilnya.

B. Macam-macam Tawakkal

Pertama: Tawakkal Kepada Allah Ta’ala
Sesuai dengan obyeknya, tawakkal ini terbagi menjadi empat macam, terdapat beberapa macam Tawakkal kepada Allah swt , tawakkal ini terbagi menjadi :
1.        Tawakkal kepada Allah Ta’ala dalam meluruskan diri, mengarahkannya, memurnikan tauhid, dan berpegang teguh pada ajaran agama-Nya secara lahir maupun bathin, tanpa berusaha memberikan pengaruh pada orang lain. Dengan pengertian tawakkal kepada Allah dalam memperbaiki diri sendiri tanpa melihat orang lain.
2.        Tawakkal kepada Allah dalam meluruskan diri, seperti poin pertama, ditambah dengan tawakkal kepada-Nya dalam menegakkan agama Allah di muka bumi dan mencegah kerusakan, memberantas bid’ah, dan memerangi orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Juga memberikan perhatian terhadap kemaslahatan kaum muslimin, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, memberikan pengaruh kepada orang lain sehingga dia benar-benar menyembah Allah semata. Dan inilah tawakkal para Nabi dan para ulama pewaris mereka. Ini pula merupakan macam tawakkal yang paling agung sekaligus paling bermanfaat.
Al-‘Allamah Ibnu as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dan ketahuilah bahwa tawakkal para Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan tuntutan paling tinggi sekaligus tingkatan paling mulia. Dan itulah tawakkal kepada Allah dalam menegakkan dan menolong agama-Nya, memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, dan menyingkirkan kesesatan dari mereka. Yang demikian itu merupakan tawakkal yang paling sempurna.”
Dengan demikian, tawakkal yang paling afdhal adalah tawakkal dalam hal yang wajib. Yang dimaksud adalah kewajiban dalam menegakkan kebenaran dan kewajiban sesama makhluk, Kewajiban pada diri sendiri. Dan yang paling luas serta paling bermanfaat, yaitu tawakkal dalam memberikan pengaruh kepada orang lain demi kemaslahatan agama atau mencegah kerusakan agama. Dan itulah tawakkal para Nabi dalam menegakkan agama Allah dan mencegah kerusakan yang dilancarkan orang-orang yang suka berbuat kerusakan. Dan ini pula tawakkal para pewaris mereka (ulama).
3.        Tawakkal kepada Allah dalam memenuhi kebutuhan seorang hamba dan bagiannya yang bersifat duniawi, atau mencegah hal-hal yang tidak disukainya dan juga berbagai musibah duniawi, seperti orang yang bertawakkal dalam meraih rizki atau kesehatan atau istri atau anak atau pertolongan dalam melawan musuh dan lain sebagainya. Tawakkal ini akan memberikan kecukupan kepadanya di dunia maupun di akhirat atas apa yang dia bertawakkal kepada Allah, kecuali jika dia berniat meminta pertolongan dengan hal itu untuk menaati Allah Azza wa Jalla.
Al-‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Antara kedua macam tawakkal yakni, macam yang kedua dan ketig  terdapat keutamaan yang tidak diketahui jumlahnya, kecuali oleh Allah saja. Oleh karena itu, jika seorang hamba bertawakkal kepada-Nya dengan tawakkal kedua dengan sebenar-benarnya, maka Allah akan memberikan kecukupan yang secukup-cukupnya pada tawakkal macam ketiga. Dan jika seorang hamba bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal macam ketiga, maka dia juga akan diberikan kecukupan pula, tetapi dia tidak akan mendapatkan akibat dari obyek yang ditawakkalinya pada apa yang dicintai dan diridhai-Nya.”
4.        Tawakkal kepada Allah dalam melakukan sesuatu yang haram atau menolak apa yang diperintahkan. Ada orang yang bertawakkal kepada Allah dalam berbuat dosa dan melakukan perbuatan keji. Pada umumnya, orang-orang yang memiliki tujuan seperti ini tidak akan dapat melakukannya, kecuali dengan meminta pertolongan kepada Allah dan bertawakkal kepada-Nya. Bahkan bisa jadi tawakkal mereka lebih kuat daripada tawakkal kebanyakan orang-orang yang berbuat ketaatan. Oleh karena itu, mereka telah mencampakkan diri mereka ke dalam kehancuran dan kebinasaan sambil bersandar kepada Allah agar Dia menyelamatkan mereka serta mewujudkan tuntutan mereka.
Kedua: Tawakkal Kepada Selain Allah Ta’ala
Tawakkal macam ini terbagi menjadi dua bagian:
1. Tawakkal Syirki (syirik), yang ia terbagi lagi menjadi dua macam:
a)        Tawakkal kepada selain Allah Ta’ala dalam urusan yang tidak ada seorang pun mampu mengerjakannya, kecuali Allah Azza wa Jalla, seperti orang-orang yang bertawakkal kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia dan para thaghut dalam mengharapkan tuntutan mereka, berupa pertolongan, penjagaan, rizki, dan syafa’at. Yang demikian itu merupakan syirik terbesar. Sesungguhnya hal-hal seperti ini dan yang semisalnya tidak ada yang dapat melakukannya, kecuali hanya Allah Tabaraka wa Ta'ala.
Tawakkal macam ini disebut sebagai tawakkal sirri, karena tawakkal ini tidak dilakukan, kecuali oleh orang yang meyakini bahwa orang yang meninggal ini memiliki kemampuan berbuat secara rahasia di alam ini. Tidak ada perbedaan antara Nabi, wali maupun thaghut yang menjadi musuh Allah Ta’ala.
b)        Tawakkal kepada selain Allah dalam hal-hal yang mampu untuk dikerjakan berdasarkan perkiraan orang yang bertawakkal kepadanya. Dan ini merupakan syirik kecil.
Seperti, tawakkal dalam sebab yang tampak lagi biasa. Misalnya orang yang bertawakkal pada penguasa atau pemerintah dalam hal-hal yang Allah telah berikan kepadanya, baik itu berupa rizki, penolakan gangguan, dan yang lain-lainnya. Yang demikian ini termasuk syirik khafi (tersembunyi).
Oleh karena itu, dikatakan, menolehnya hati kepada sebab-sebab merupakan perbuatan syirik dalam tauhid, karena kuatnya ketergantungan dan sandaran hati padanya.
Yang demikian itu, karena hati tidak akan bertawakkal, kecuali pada pihak yang diharapkannya. Oleh karena itu, barangsiapa berharap kepada kekuatan, perbuatan, ilmu, keadaan, teman, kerabat, syaikh, kekuasaan atau hartanya, tanpa melihat kepada Allah Ta’ala, maka di dalamnya terkandung semacam tawakkal karena ada sebab (sarana) tersebut. Tidaklah seseorang berharap kepada makhluk atau bertawakkal kepadanya, melainkan dia akan mendapatkan kegagalan, maka sesungguhnya ia termasuk syirik.
Allah Ta’ala telah berfirman:             
`tBur õ8ÎŽô³ç «!$$Î/ $yJ¯Rr(s3sù §yz šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# çmàÿsÜ÷tFsù çŽö©Ü9$# ÷rr& Èqôgs? ÏmÎ/ ßwÌh9$# Îû 5b%s3tB 9,Åsy ÇÌÊÈ  
 “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [Al-Hajj: 31]
Syaqiq al-Balakhi mengatakan, “Setiap orang memiliki maqam

(kedudukan), di mana dia bisa bertawakkal
pada hartanya, dirinya sendiri, lidahnya, pada pedangnya, atau kekuasaannya, dan juga kepada Allah Azza wa Jalla.
ä!$xÿuZãm ¬! uŽöxî tûüÏ.ÎŽô³ãB ¾ÏmÎ/ 4 `tBur õ8ÎŽô³ç «!$$Î/ $yJ¯Rr(s3sù §yz šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# çmàÿsÜ÷tFsù çŽö©Ü9$# ÷rr& Èqôgs? ÏmÎ/ ßwÌh9$# Îû 5b%s3tB 9,Åsy
Adapun orang yang bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, maka dia telah mendapatkan ketenangan. Yang dengannya, Allah akan meninggikan kedudukannya. Allah Ta’ala berfirman:
ö@ž2uqs?urn?tãÇcyÛø9$#Ï%©!$#ŸwßNqßJtƒÇÎÑÈ
‘Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati...’ [Al-Furqaan: 58]
Sedangkan orang yang merasa tenang kepada selain Allah, maka dikhawatirkan ia akan terputus dari-Nya sehingga dia akan hidup sengsara.”
Tetapi, jika dia mengambilnya dengan anggapan ia sebagai sarana, sedangkan Allah Ta’ala yang menetapkan semuanya pada dirinya, maka yang demikian itu tidak ada masalah, jika apa yang ditawakkali itu memiliki pengaruh yang baik dalam pencapaiannya.
2. Wakalah (mewakilkan) yang dibolehkan.
Yang dimaksudkan di sini adalah seseorang yang mewakilkan kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu yang mampu untuk dikerjakan, sehingga dengan demikian itu akan dicapai apa yang diinginkan.
Wakalah di sini berarti penyerahan dan pemeliharaan. Misalnya, Anda katakan, “وَكَّلْتُ فُلاَناً” (jika Anda memintanya untuk menjaganya). Dan “وَوَكَّلْتُ اْلأَمْرَ إِلَيْهِ” (jika Anda menyerahkan urusan kepadanya).
Dan menurut syari’at, wakalah berarti seseorang memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menggantikan dirinya secara mutlak atau terbatas.
Wakalah dalam bentuk seperti ini, dibolehkan oleh al-Kitab, as-Sunnah maupun ijma’. Allah Ta’ala telah berfirman melalui lisan Ya’qub Alaihissallam yang berbicara kepada anak-anaknya:
¢ÓÍ_t7»tƒ(#qç7ydøŒ$#(#qÝ¡¡¡ystFsù`ÏBy#ßqãƒÏmŠÅzr&urÇÑÐÈ
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya...” [Yuusuf: 87]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mewakilkan kepada para pekerja dan penjaga.
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu telah berkata,
وَكَّلَنِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ
“Rasulullah pernah menjadikan diriku sebagai wakil untuk menjaga zakat di bulan Ramadhan…” [18]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mewakilkan dalam menetapkan hukuman hadd dan pemberlakuannya, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Unais. ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu juga pernah menjadi wakil Rasul di dalam penyembelihan hewan kurban beliau pada waktu haji Wada’ untuk menyedekahkan kulit dan sebagian besarnya. Dan memerintahkan untuk menyembelih seratus hewan kurban yang masih tersisa setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih enam puluh tiga ekor dengan tangan beliau sendiri.

C. manfaat bagi Orang yang Bertawakal kepada Allah

Adapun maanfaat untuk seorang muslim yang memiliki sifat bertawakal diantaranya adalah sebagai berikut :
1)      Mendapatkan Cinta dari Allah SWT, Allah berfirman dalam Al-Quran:
øŒÎ)šcrßÏèóÁè?Ÿwuršc¼âqù=s?#n?tã7ymr&Û^qߧ9$#uröNà2qããôtƒþÎûöNä31t÷zé&öNà6t7»rOr'sù$CJxî5dOtóÎ/ŸxøŠx6Ïj9(#qçRtóss?4n?tã$tBöNà6s?$sùŸwur!$tBöNà6t7»|¹r&3ª!$#ur7ŽÎ6yz$yJÎ/tbqè=yJ÷ès?ÇÊÎÌÈ
Artinya: “(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang sedang berada diantara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan diatas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( QS. Al-Imran 3:153)
Tawakal dapat mencegah adzab Allah SWT, Allah berfirman dalam Al-Quran:
ö@è%óOçF÷ƒuäur&÷bÎ)zÓÍ_s3n=÷dr&ª!$#`tBurzÓÉë¨B÷rr&$oYuH¿qu`yJsù玍Ågätûï͍Ïÿ»s3ø9$#ô`ÏBA>#xtã5OŠÏ9r&ÇËÑÈ
Artinya: “Katakanlah:”terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih?” (QS. Al-Mulk 67:28)
2)        Dicukupkan rizkinya dan merasakan ketenangan, sesuai firman Allah SWT berikut :
çmø%ãötƒurô`ÏBß]øymŸwÜ=Å¡tFøts4`tBurö@©.uqtGtƒn?tã«!$#uqßgsùÿ¼çmç7ó¡ym4¨bÎ)©!$#à÷Î=»t/¾Ín̍øBr&4ôs%Ÿ@yèy_ª!$#Èe@ä3Ï9&äóÓx«#Yôs%ÇÌÈ
Artinya : “ Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” ( Qs. Ath-Thalaq 65:3 )
3)      Dikuatkan iman dan dijauhkan dari setan. Allah SWT berfirman :
¼çm¯RÎ)}§øŠs9¼çms9í`»sÜù=ßn?tãšúïÏ%©!$#(#qãZtB#uä4n?tãuróOÎgÎn/utbqè=ž2uqtGtƒÇÒÒÈ
Artinya : “ Sungguh,setan  itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.” (Qs. Al-Nahl 16:99 )
4)      Termasuk ke dalam tujuh puluh ribu umat Nabi Muhammad Saw yang masuk surga tanpa di hisab, seperti diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya sebagai berikut:
“Yaitu mereka yang tidak membual, tidak mencuri, tidak membuat ramalan yang buruk-buruk dan kepada Rabb mereka bertawakal.” ( Al-Bukhary dan Muslim )
5)      Menang dalam melawan musuh,membangun mentalitas yang tegar dan mulia.seperti firman Allah SWT berikut:
tûïÏ%©!$#tA$s%ãNßgs9â¨$¨Z9$#¨bÎ)}¨$¨Z9$#ôs%(#qãèuKy_öNä3s9öNèdöqt±÷z$$sùöNèdyŠ#tsù$YZ»yJƒÎ)(#qä9$s%ur$uZç6ó¡ymª!$#zN÷èÏRurã@Å2uqø9$#ÇÊÐÌÈ(#qç7n=s)R$$sù7pyJ÷èÏZÎ/z`ÏiB«!$#9@ôÒsùuröN©9öNæhó¡|¡ôJtƒÖäþqß(#qãèt7¨?$#urtbºuqôÊÍ«!$#3ª!$#urrèŒ@@ôÒsùAOŠÏàtãÇÊÐÍÈ
Artinya: “ (Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang yang mengatakan kepadanya,“orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka.”ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab,”cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung.” Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.” ( QS. Al-Imran 3:173-174)
6)      Jiwa,harta,anak,dan keluarga senantiasa terjaga. Allah SWT berfirman:
tA$s%ur¢ÓÍ_t6»tƒŸw(#qè=äzôs?.`ÏB5>$t/7Ïnºur(#qè=äz÷Š$#urô`ÏB5>ºuqö/r&7ps%ÌhxÿtGB(!$tBurÓÍ_øîé&Nä3ZtãšÆÏiB«!$#`ÏB>äóÓx«(ÈbÎ)ãNõ3çtø:$#žwÎ)¬!(Ïmøn=tãàMù=©.uqs?(Ïmøn=tæurÈ@©.uqtGuŠù=sùtbqè=Åe2uqtFßJø9$#ÇÏÐÈ
Artinya: “ Dan dia  (Yaqub) berkata,”wahai anak-anaku!janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda, namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikitpun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.” (QS. Yusuf  12:67 )   

D.Ciri-ciri Orang Tawakkal

Sungguh telah diberi karunia dan hidayah kepada orang yang memiliki sikap tawakkal, terutama bertawakkal kepada Allah SWT. Segala urusannya akan diserahkan kepada Allah dengan usaha-usaha yang telah dilakukannya untuk mencapai tujuan yang dia cita-citakan.
Mungkin di lingkungan masyarakat , kita sulit menemukan seseorang yang bertawakkal . untuk mempermudahnya dapat mengenal sifat-sifat sebagai berikut:
1.        Mujahadah ( semangat yang kuat )
Sebagai seorang mukmin dan muslim dianjurkan untuk  memiliki akhlak yang baik.  Salah satunya tawakkal. Guna terciptanya sosialisasi yang tentram,tenang,dan damai.
Tawakkal bukan hanya sekedar merasakan segala perkara kepada Allah, tetapi diawali dengan usaha-usaha ataupun jalan-jalannya yang kuat. Setelah itu serahkan hasilnya kepada Allah SWT.
Diantara ciri orang yang  bertawakkal  ialah memiliki semangat yang kuat. Mempunyai semangat yang kuat merupakan salah satu akhlak orang mukmin yang dianjurkan oleh Islam.
Dalam buku Pelita As-Sunnah (2003:293) karangan Syeikh Ibrahim Jalhum terdapat sebuah hadits yang artinya sebagai berikut : “ Dari Abu Hurairah r.a.,ia berkata, Rosulullah SAW. Bersabda, “ Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah,walaupun semuanya itu ada kebaikannya. Tekunlah berusaha untuk mencari apa yang memberi manfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah semangat. Jika sesuatu menimpa dirimu, jangan engka berkata, “ Seandainya aku berbuat begini, akibatnya tentu begini. Akan tetapi, katakanlah Allah telah menakdirkannya dan apa yang  dikehendaki niscaya  Dia kerjakan. Karena sesungguhnya ucapan seandainya itu membuka jalan perbuatan setan.” ( H.R. Muslim)
Penjelasan:
Dalam hadits ini tersirat  petunjuk untuk berusaha yakni kuat iman serta teguh dalam usaha yang berguna yang kebaikannya merata ke masyarakat.  Oleh karena itu, kita wajib mengusahakan amal kebajikan dengan hasrat dan cita yang kuat, penuh keyakinan, tidak was-was, linglung, dan malas.(Jalhum I. 2003:294)
Orang mukmin yang menempuh cara semacam ini adalah orang  yang  lebih bagus dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada orang yang lemah semangatnya, tidak mau bekerja keras dan  mengerjakan atau mencari pekerjaan yang berfaedah. Sepantasnyalah setiap orang untuk meningkatkan  ilmu,budi pekerti, serta kemasyarakatan dan perekonomiannya. (Jalhum I. 2003:294)
Itulah sebabnya, Rasulullah SAW.melanjutkan pertunjukannya kepada orang mukmin dengan bersabda, “ihrish ‘alaa maa yanfa’uka”,yakni tekunlah berusaha agar manfaat material dan spiritual tidak luput darimu. Oleh karena itu, kita wajib mencurahkan segala tenaga agar terpenuhi  kebaikan bagi diri, keluarga,dan bangsa. Jangan lalai mencari ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.  Minta tolonglah kepada Allah  Azza wa Jalla atas semua itu karena  Allah SWT.  Maha Pemurah dan tempat meminta pertolongan. Bagi seseorang, tiada cukup untuk tidak meminta pertolongan pada setiap masalah dari sekian banyak  keadaan yang meliputinya. (Jalhum I. 2003:294)
Rosulullah SAW. Mengingatkan agar kita tidak bersifat lemah, yakni hilang semangat,putus asa,pemalas,dan lalai dalam mengusahakan hal-hal yang luhur. Rosulullah SAW. Selalu memanjatkan doa yang artinya sebagai berikut:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan,kemalasan,ketakutan,dan kebakhilan.” (H.R. Muslim)
Hadits tersebut juga menerangkan, bila  seorang ditimpa malapetaka dan tidak menemukan jalan yang dapat melepaskan diri dari penderitaan,meskipun sudah mencurahkan daya dan usaha, ia harus menyerahkan masalah tersebut kepada Allah Azza waa Jalla dengan tidak bosan-bosannya dan tidak putus asa.  Oleh karena itu, jangan sekali-kali mengeluarkan ucapan “ Seandainya (andaikata) aku berbuat begini, tentu akibatnya demikian.” Sebab, “berandai-andai” itu memberi peluang bagi setan untuk selalu menggoda manusia dan membimbangkannya terhadap qadha dan takdir Allah yang telah disuratkan kepada hamba-hamba-Nya. yang lebih baik adala mengatakan “Ini adalah takdir Allah. Apa yang Dia kehendaki di perbuat-Nya.” begitu juga hendaknya mencari sebab-sebab yang lazim menurut Sunnah Allah dalam menetapkan sesuatu untuk menghadapi akibat kejadiannya. Oleh karena itu, selayaknya generasi penerus bangkit untu menatap masa depan,tekun,dan bekerja, tetapi tetap memasrahkan jiwa raganya hanya kepada Allah, Tuhan semesta alam. (Jalhum I. 2003:295)
2.        Bersyukur
Ciri lain orang yang bertawakkal ialah ia senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Apabila ia sukses ataupun berhasil dalam segala urusan ataupun ia mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan ia tak luput untuk senantiasa  bersyukur kepada Allah, karena ia menyadari dan meyakini bahwa semua yang ia dapatkan itu adalah takdir Allah dan kehendak-Nya.
Dengan bersyukur pula ia akan selalu merasa puas, senang dan bahagia. Seperti dalam firman Allah :
“ Bersyukurlah kepada-Ku niscaya akan aku tambah nikmatnya, tapi jika tidak bersyukur sesungguhnya azabku teramat pedih “
3.        Bersabar
Ciri orang yang bertawakkal selanjutnya ialah selalu bersabar. Sebagai orang mukmin yang bertawakkal kepada Allah ia akan bersabar, baik dalam proses maupun dalam proses maupun dalam hasil. Karena dengan inilah ia akan bahagia dan tenang  atas apa yang di terimanya. Rosulullah. dalam buku 1100 hadits terpilih (1991:274) karangan  Dr. Muhammad Faiz Almath , Rosulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut:
“ Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang terkena ujian dan cobaan dia bersabar.” ( HR. Ahmad dan Abu dawud)
Bahwa orang yang bahagia ialah yang dijauhkan atau terhindar dari fitnah-fitnah dan orang yang bersabar ketika mendapatkan ujian-ujian itu baik berupa ujian keimanan maupun ujian sekolah biasa karena itu merupakan sebuah ujian untuk menguji seberapa kemampuan seseorang menguasai pelajaran. Seseorang  yang apabila ia kurang berhasil dalam mencapai sesuatu urusan, atau gagal lulus UN atapun tidak lulus SNMPTN  itu juga merupakan sebuah ujian. Lalu yang manakah ujiannya?
Ujian tersebut ialah ujian dari beberapa sikap, misalkan terjadi kegundahan pada dirinya,sikap putus asa, tidak percaya diri dan selalu merasa kurang pada dirinya itu yang mengarahkan kepada rendah diri. Lalu apa obatnya? Tak lain obatnya ialah sabar. Dengan sabar ia akan bahagia. Dengan sabar ia akan merasa tenang, dengan sabar hatinya akan tentram,dengan sabar ia akan tau takdir Allah SWT yang diberikan kepadanya serta mengetahui hikmahnya.
4.        Intropeksi Diri (Muhasabah)
Orang yang bertawakkal salah satu sikapnya  ialah intropeksi diri. Dimana ia akan intropeksi diri apabila ia kurang sukses daam menjalankan sesuatu ia tidak membuat dirinya “drop”, melainnkan ia selalu intropeksi pada diri, dapat dikatakan muhasabah. Senantiasa mengoreksi apa yang telah dilakukannya. Setelah itu ia akan berusaha menghindari faktor penyebab suatu kegagalan tersebut serta senantiasa memberikan yang terbaik pada dirinya.
5.        Berdoa
Dalam http://mangajid.wordpress.com/2009/05/08/ciri-orang-yang-bertawakal/, bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman Allah SWT, berdo’a adalah melambangkan betapa kecilnya kita di hadapan Allah SWT.
Sungguh termasuk orang yang takabur orang yang tidak pernah berdo’a, padahal segala hasil usaha keras itu sesuatu ia dapatkan adalah atas izin Allah Swt, tanpa izin-Nya semuanya tidak akan mungkin terjadi.
Berdo’a diperintahkan oleh Allah SWT, seperti dalam firman-Nya :
“ Berdo’alah kalian niscaya akan Aku kabulkan

BAB III

PENUTUP


A.      KESIMPULAN

Tawakkal menurut bahasa berasal dari tawakkul yangf artinya bersandar  atau memmpercayai diri. Sedangkan menurut pendapat para ulama memiliki berbeda-bada pendapat dalam penafsirannya. Ada yang mengemukakan bahywa tawakkal ialah menyandarkan diri kepada Allah dalam segala urusan dan, dan ada yang mengatakan bahwa tawakkal ialah menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt.
tawakkal terbagi kepada dua bagian, yaitu tawakkal kepada Allah dan tawakkal kepada selain Allah. Tawakkal kepada selain Allah ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang.
Orang yang senantiasa bertawakkal kepada Allah ia akan mendapat kecinttan dari Allah Swt, imannya menjadi kuat, mempunyai mentalitas yang tegar, dicukupkan rizkinya oleh Allah dan termasuk kepada tujuh puluh ribu umat nabi yang masuk surge tanpa hisab.

B.      SARAN

Alhamdulillah makalah ini telah sampai diujung pena, namun sebelum mengakhirinya penulis memiliki saran kepada siapa saja untuk selalu memperbanyak membaca dan menulis. Karena dengan inilah dua kunci ilmu untuk selalu dipegang oleh umat manusia.
Kepada siapa saja yang akan membuat karya makalah untuk selalu tetap memperbanyak sumber-sumber sebagai bahan-bahan pembuatan karya tulis ilmiah tersebut serta selalu waspada untuk tidak menjiplak danplagiat suatu karya orang lain. Prestasi oke, apalagi jujur lebih bagus.

DAFTAR PUSTAKA

Tahdzib Madarijis Salikin,Supriyanto.2010.Buku Tawakal Bukan Pasrah.Jakarta:Qultum Media.
http://ramadan.detik.com/read/2009/09/03/120936/1195708/790/tawakal
Supriyanto.2010.Buku Tawakal Bukan Pasrah.Jakarta:Qultum Media.
http://ramadan.detik.com/read/2009/09/03/120936/1195708/790/tawakal(8-10-2012)
Syeikh Ibrahim Jalhum.2003.Pelita As-Sunnah Petunjuk Jalan Bagi Kaum Muslimin.Bandung.Pustaka Setia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar